Minggu, 27 Desember 2009

Pengetahuan Bahan Pangan (umbi-umbian)

LAPORAN MINGGUAN PENGETAHUAN BAHAN PANGAN

UMBI – UMBIAN

(JAHE&SINGKONG)

Astri Paramitha Dewi *)

*) Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Jl. Setiabudhi 193 Bandung 40153

INTISARI

Tujuan Percobaan pengamatan struktur dan sifat fisik umbi-umbian yaitu untuk mengetahui struktur dan sifat fisik umbi-umbian yang dilihat dari bentuk, warna, ukuran, berat, pencoklatan, dan struktur jaringan yang dilihat dengan menggunakan mikroskop. Dan tujuan percobaan dari ekstraksi pati umbi-umbian yaitu untuk mengetahui bagaimana cara melakukan ekstraksi terhadap pati dan umbi-umbian, dimana pati tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai produk pangan maupun non-pangan.

Prinsip percobaan pengamatan struktur dan sifat fisik umbi-umbian yaitu berdasarkan bentuk, warna, ukuran, berat, pencoklatan, dan struktur jaringan dari bahan pangan. Dan prinsip percobaan dari ekstraksi pati umbi- umbian yaitu berdasarkan proses ekstraksi dimana yang akan diekstraksi adalah patinya dengan cara yang sederhana.

Hasil pengamatan pada percobaan struktur dan sifat fisik umbi-umbian adalah pada sampel jahe bentuk = menjari tidak beraturan, ukuran panjang = 12,28 cm, lebar = 5,12 cm dan diameter = 2,23 cm, berat 53 gram, warna coklat kekuningan, tidak terdapat proses pencoklatan dan untuk singkong didapat kadar pati sebanyak 21,5 %.

Kata kunci = umbi akar

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jahe (Zingiber officinalis), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung diruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi (Anonim, 2007)

Ubi kayu adalah sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori harian bagi jutaan orang. Seluruh produksi ubi kayu terutama ada di negara berkembang, dan sebagian terbesar berasal dari pertanian kecil, yang sering memiliki lahan yang diolah seadanya. Ubi kayu bagi penduduk pedesaan miskin, menjadi tanaman tumpuan, bahkan juga selama musim kemarau. Toleransi terhadap kekeringan, dan periode panen yang fleksibel, menjadikan ubi kayu sebagai tanaman pangan cadangan yang sangat bernilai bagi penduduk miskin (Rubatzky, 1998).

Penyebaran dan konsumsi ubi kayu bersifat local karena sifatnya yang meruah dan mudah rusak, dan hanya dalam jumlah terbatas yang dikirim ke pasar yang jauh dari tempat produksi. Namun, karena produk olahan kering tidak terlalu meruah dan tahan lama, produk ubi kayu merupakan komoditas yang dianggap cukup penting dalam perdagangan internasional (Rubatzky, 1998).

Tujuan

Tujuan Percobaan pengamatan struktur dan sifat fisik umbi-umbian yaitu untuk mengetahui struktur dan sifat fisik umbi-umbian yang dilihat dari bentuk, warna, ukuran, berat, pencoklatan, dan struktur jaringan yang dilihat dengan menggunakan mikroskop dan tujuan percobaan dari ekstraksi pati umbi-umbian yaitu untuk mengetahui bagaimana cara melakukan ekstraksi terhadap pati dan umbi-umbian, dimana pati tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai produk pangan maupun non-pangan.

Prinsip

Prinsip percobaan pengamatan struktur dan sifat fisik umbi-umbian yaitu berdasarkan bentuk, warna, ukuran, berat, pencoklatan, dan struktur jaringan dari bahan pangan dan prinsip percobaan dari ekstraksi pati umbi-umbian yaitu berdasarkan proses penyaringan dan hasil parutan umbi-umbian dengan penambahan garam & air.

TINJAUAN PUSTAKA

Ubi Kayu

Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, dalam bahasa Inggris bernama cassava, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran (Anonim, 2007)

Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan dilemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia (Anonim, 2007).

Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin (Anonim, 2007)

Klasifikasi ilmiahnya yaitu kerajaan platae, divisio magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo, magphiales, familia euphorbiaceae, subsuku crotonoideae, tribe manihoteae, genus manihot, spesies Manihot esculenta (Anonim, 2007).

Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka (Anonim, 2007).

Penggunaan

Dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, baik untuk pengidap alergi singkong juga dipakai untuk makanan ternak (Anonim, 2007).

Komposisi :

Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia sebagai berikut terdapat dalam tabel :

Tabel 1 Komposisi kandungan kimia Ubi kayu (Per 100 gram)

Keterangan

Komposisi

Buah Ubi Kayu

Kalori

Protein

Lemak

Hidrat arang

Kalsium

Fosfor

Zat Besi

Vitamin B1

Vitamin C

Daun Ubi Kayu

Vitamin A

Vitamin C

Vitamin B1

Kalsium

Kalori

Fosfor

Protein

Lemak

Hidrat arang

Zat Besi

146 kal

1,2 gram

0,3 gram

34,7 gram

33 mg

40 mg

0,7 mg

0,06 mg

30 mg

11000 Si

275 mg

0,12 gram

165 mg

73 kal

54 mg

6,8 gram

1,2 gram

13 gram

2 mg

(Sumber : Anonim, 2007).

Selain data dari table.1, 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat (Anonim, 2007).

Sejarah Jahe

Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Cina, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.

Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bsia dilakukan di daerah katulistiwa seperi Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Equador dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia (Anonim, 2007).

Ciri morfologis

Tanaman Jahe

Gambar 4. pohon jahe

Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus.

Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.

Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat dipasaran, yaitu:

· Jahe segar

· Jahe kering

· Awetan jahe

· Jahe bubuk

· Minyak jahe

· Oleoresin jahe

Jahe kering

Merupakan potongan jahe yang kemudian dikeringkan. Jenis ini sangat populer dipasar tradisional (Anonim, 2007).

Awetan jahe

Merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar, terutama jahe muda. Yang paling sering ditemui di pasaran adalah acar, asinan, sirup, dan kristal jahe. Jenis ini disukai konsumen dari daerah Asia dan Australia (Anonim, 2007).

Bubuk jahe

Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman, alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering (Anonim, 2007).

Oleoresin jahe

Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35% (Anonim, 2007).

Varietas

Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:

1. Jahe gajah

Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.

2. Jahe kuning

Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.

3. Jahe merah

Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah. Di masyarakat barat, ginger ale merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang dan Cina sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe disenangi masyarakat Cina, Eropa dan Jepang Di Indonesia, sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari, terutama di daerah pegunungan (Anonim, 2007).

METODOLOGI PERCOBAAN

Bahan percobaan

Bahan yang digunakan dalam pengamatan pengetahuan bahan pangan umbi-umbian adalah singkong & jahe.

Alat-alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada pengamatan pengetahuan bahan pangan umbi-umbian adalah penggaris, pisau, timbangan, gelas obyek, mikroskop, pisau stainless steel, ember, parutan, kain saring, dan untuk hasil perkebunan adalah jangka sorong, dan pisau, timbangan, penggaris, Erlenmeyer, labu takar, corong pemisah, pipet 10 ml dan 50 ml, buret, kertas saring, penangas air, oven, kertas saring, labu didih, dan gelas kimia.

Metode Percobaan

a. Pengamatan struktur dan sifat fisik

Kentang


Bentuk Ukuran Warna Berat Struktur

Membujur Melintang

Pencoklatan (Browning)



HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan

Tabel 2. Hasil Pengamatan Struktur Umbi-umbian Jahe

Pengamatan

Hasil

Bentuk

Menjari tidak beraturan

Ukuran

* Panjang

* Lebar

* Diameter

12,28 cm

5,12 cm

2,23 cm

Berat

53 gram

Warna kulit

Coklat kekuningan

Warna daging

Kuning

Pencoklatan

-

Struktur melintang

Struktur membujur

(Sumber :Meja 3/Kelompok 1, 2007)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Ekstraksi Pati Umbi-umbian

Sampel

Pengamatan

Hasil

Ubi Kayu

Berat produk

60,5 gram

% pati

42,32 %

(Sumber :Meja 3/Kelompok 1, 2007)

Pembahasan

Amilosa merupakan polimer linier, tersusun oleh satuan D-glukosa dengan ikatan alfa (1,4-), memiliki percabangan sangat sedikit hanya satu buah per beberapa unit glukosa.

Amilopektin merupakan polimer bercabang, tersusun oleh satuan D-glukosa dengan ikatan alfa (1,4-) dibagian rantai lurus dan alfa (1,6-) pada titik cabang. Jarak antar titik percabangan sekitar 20-25 satuan glukosa (Rubatzky, 1998).

Salah satu sifat pati adalah tidak larut dalam air dingin, karena molekulnya berantai lurus atau bercabang tidak berpasangan, sehingga membentuk jaringan yang mempersatukan grabula pati. Selain itu kesulitan dalam penggunaan pati adalah selain pemasakannya memakan waktu yang cukup lama, pasta yang terbentuk juga cukup keras. Karena itu pati tersebut perlu dilakukan modifikasi agar diperoleh sifat-sifat yang cocok untuk aplikasi tertentu. Dengan demikian pati memiliki kegunaan yang lebih banyak pada industri makanan (Rubatzky, 1998).

Pembentukan umbi diawali dengan terhentinya pemanjangan stolon dan penumpukan pati, yang berakibat meningkatnya volume dan bobot. Pembentukan umbi secara keseluruhan dipengaruhi oleh panjang hari, suhu, cadangan fotosintesis, dan kultivar. Intensitas cahaya tinggi dan kadar nitrogen tanaman yang rendah cenderung meningkatkan pembentukan umbi (Rubatzky, 1998).

Ada tiga fase pembentukan umbi, yaitu :

a. inisiasi, yaitu terjadinya diferensiasi tunas pada stolon menjadi primordia umbi

b. pembesaran umbi, ditandai dengan pembelahan sel yang cepat dibarengi dengan penumpukan pati

c. pematangan umbi, yang terjadi ketika umbi memasuki fase dorman. Pembesaran umbi dapat mengalahkan pertumbuhan vegetatif dan inisiasi umbi baru. Bersamaan dengan pematangan umbi, terjadi senescence daun (Rubatzky, 1998).

Berbagai faktor mempengaruhi hasil panen umbi, aspek terpenting adalah panjangnya periode pertumbuhan sebelum terjadinya senescence daun. Kultivar yang berumur-dalam secara khas memberikan hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang berumur pendek karena daun mampu menghasilkan fotosintat dengan kadar yang lebih tinggi (Rubatzky, 1998).

Makanan yang mengandung gizi cukup dan seimbang diartikan sebagai makanan yang menyediakan semua zat gizi dan kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan manusia dan perkembangbiakannya. Makanan bergizi optimal adalah makanan dengan makanan dengan komposisi kimia tertentu sehingga dapat berperan sebagai sumber zat gizi sekaligus juga potensial untuk meningkatkan kesehatan dan harapan hidup, serta mengurangi resiko penyakit kronis yang berkaitan dengna pola makan (Silalahi, 2006).

Keberadaan glukosida sianogenik di semua bagian tanaman menjadi perhatian utama. Ubi mengandung enzim linamarase yang menghidrolisis glikosida menjadi asam prusat. Glukosida ini larut dalam air, dan enzim tersebut dapat dinonaktifkan pada suhu lebih tinggi dari 500C. linamarin adalah glukosida dengan rasa pahit ubi (Rubatzky, 1998).

Kandungan glukosida yang lebih tinggi dari 50 mg/100g jaringan segar adalah beracun, jika lebih dari 100mg/100g berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Ubi dari kultivar tipe pahit harus ditangani dahulu untuk mengurangi kandungan senyawa racunnya sebelum dimakan. Pembuangan racun dapat dilakuakn dengan merendam akar dan membuang air rendamannya. Glukosida sangat larut dengan air. Menggiling atau memarut ubi dan membuang air perasannya, peragian, dan pengeringan adalah salah satu cara untuk membuang atau mengurangi racunnya (Rubatzky, 1998).

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting (Anonim, 2007).

Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan (Anonim, 2007).

Dalam bahasa sehari-hari (bahkan kadang-kadang di khazanah ilmiah), istilah "pati" kerap dicampuradukkan dengan "tepung" serta "kanji". "Pati" (bahasa Inggris starch) adalah penyusun (utama) tepung. Tepung bisa jadi tidak murni hanya mengandung pati, karena ter-/dicampur dengan protein, pengawet, dan sebagainya. Tepung beras mengandung pati beras, protein, vitamin, dan lain-lain bahan yang terkandung pada butir beras. Orang bisa juga mendapatkan tepung yang merupakan campuran dua atau lebih pati. Kata 'tepung lebih berkaitan dengan komoditas ekonomis. Kerancuan penyebutan pati dengan kanji tampaknya terjadi karena penerjemahan. Kata 'to starch' dari bahasa Inggris memang berarti 'menganji' ('memberi kanji') dalam bahasa Melayu/Indonesia, karena yang digunakan memang tepung kanji (Anonim, 2007).

Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika (Anonim, 2007).

Peranan perrbandingan amilosa dan amilopektin terlihat pada serealia, contohnya pada beras. Semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi kandungan amilopektinnya, semakin lengket nasi tersebut. Beras ketan praktis tidak ada amilosanya (1-2%), sedangkan beras yang mengandung amilosa lebih besar dari 2% disebut beras biasa atau beras bukan ketan.berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi) dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu beras dengan kadar amilosa tinggi 25-33%, beras dengan kadar amilosa menegah 20-25%, beras dengan kadar amilosa rendah 9-20%, dan beras dengan kadar amilosa sangat rendah ,9% (Winarno, 1997).

Pati dapat digolongkan berdasarkan sifat - sifat pasta yang dimasak. Pati (serealia, jagung, gandum, beras, dan sorgum) membentuk pasta kental yang mengandung bagian - bagian pendek dan pada pendinginan membentuk gel yang buram. Pati akar dan umbi (kentang, ketela dan tropika) membentuk pasta yang sangat kental dan membentuk bagian - bagian panjang. Pasta ini biasanya jernih pada pendinginan hanya membentuk gel lunak pati lirmalam (jagung lirmalam sorgum dan beras) membentuk pasta berserabut berat, pasta ini jernih dan kecenderungan membentuk gel. Pati beramisola tinggi (jagung) memerlukan suhu tinggi untuk penggelatinan dan menghasilkan pasta dengan bagian-bagian pendek yang membentuk gel buram dan sangat kokoh pada pendinginan (deMan, 1997).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan struktur dan sifat fisik umbi-umbian adalah pada sampel jahe bentuk menjari tidak beraturan, ukuran panjang 12,28 cm, lebar 5,12 cm dan diameter 2,23 cm, berat 53 gram, warna coklat kekuningan, tidak terdapat proses pencoklatan dan untuk singkong didapat kadar pati sebanyak 21,5 %.

Saran

Saran pada praktikum Umbi adalah pada saat penyaringan untuk ekstrak pati harus menggunakan saringan berupa kain jangan memakai saringan biasa (saringan kelapa) karena dengan saringan kelapa maka masih terdapat residu kasar dan akan susah memisahkan antara ekstrak pati atau bukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2007), Singkong, www.wikipedia.org, akses : 22/11/2007

Anonim, (2007), Jahe, www.wikipedia.org, akses : 29/11/2007.

Anonim, (2007), Pati (Polisakarida), www.wikipedia.org, akses: 22/11/2007.

Anonim, (2007),Ubi Kayu, www.iptek.net, akses :29/11/2007.

deMan, John M, (1997), Kimia Makanan, Edisi Kedua, Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Rubatzky E, Vincent, dan Yamaguchi, Mas, (1998), Sayuran Dunia I, Edisi Kedua, Institut Teknologi Bandung: Bandung

Silalahi, Jansen, (2006), Makanan Fungsional, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Winarno F.G, (1997), Kimia Pangan dan Gizi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Pengetahuan Bahan Pangan (Daging ayam)

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGETAHUAN BAHAN PANGAN

DAGING

(Daging Ayam)

Astri Paramitha Dewi*

*) Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Jl. Setiabudhi 193 Bandung 40153

INTISARI

Tujuan dari pengamatan komposisi fisik karkas ayam adalah untuk mengetahui komposisi fisik dari karkas ayam yang meliputi umur dan berat dari bagian-bagian karkas ayam sehingga dapat dipisahkan berdasarkan mutunya dan untuk mengetahui bagian bahan yang dapat dimakan.

Prinsip dari pengamatan komposisi fisik karkas ayam adalah pemisahan berdasarkan adanya umur dan berat yang berbeda pada setiap bagian karkas.

Berdasarkan hasil percobaan terhadap daging ayam diketahui bahwa berat karkas ayam utuh yang diamati adalah sebesar 460 gram berat karkas sebesar 277 gram, berat kaki 29 gram, berat kepala sebesar 43 gram, sayap 30 gram, punggung sebesar 95 gram, paha sebesar 97 gram, dada sebesar 55 gram.

Kata Kunci : Daging Ayam

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karkas yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi bagian-bagian tertentu. Karkas ayam dibedakan menjadi menjadi karkas kosong dan karkas isi. Karkas kosong yaitu karkas yang telah disembelih dan dikurangi darah, bulu, alat-alat tubuh bagian dalam (jeroan), kepala, dan kakinya. Biasanya paru-paru dan ginjal menjadi bagian dari karkas, kecuali ada permintaan khusus. Karkas isi yaitu karkas kosong segar, tetapi diisi dengan hati, jantung, dan ampela yang sudah dibersihkan (Priyatno, 2000).

Karkas ayam diperoleh dari tubuh ayam setelah mengalami serangkaian proses pemotongan ayam. Karkas yang diperdagangkan ada beberapa macam seperti dressed yaitu bagian dalam tubuh ayam tanpa darah dan bulu serta evicerasted yaitu tubuh ayam tanpa darah, bulu, dan seluruh isi rongga perut yang disebut juga karkas kosong (Priyatno, 2000).

Randemen karkas dapat diartikan sebagai bagian atau porsi bobot karkas ayam dibandingkan dengan bobot ayam hidup, yang biasa dinyatakan dengan persen berat. Randemen karkas ayam bervariasi besarnya, tergantung pada jenis, umur, dan jenis kelamin ayam, serta criteria karkas yang digunakan (Priyatno, 2000).

Daging ayam (kaya protein), Tanda-tanda kerusakan bahan makanan berprotein tinggi :

1. Bau busuk khas protein

2. Kerusakan struktur jaringan (lembek, bahan menjadi berair).

Warna abnormal (Daging unggas warna merah, putih kekuningan, abu sampai merah suram) (Priyatno, 2000).

Tujuan Percobaan

Tujuan dari pengamatan komposisi fisik karkas ayam adalah untuk mengetahui komposisi fisik dari karkas ayam yang meliputi umur dan berat dari bagian-bagian karkas ayam sehingga dapat dipisahkan berdasarkan mutunya dan untuk mengetahui bagian bahan yang dapat dimakan.

Prinsip Percobaan

Prinsip dari pengamatan komposisi fisik karkas ayam adalah pemisahan berdasarkan adanya umur dan berat yang berbeda pada setiap bagian karkas.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Daging

Daging ayam merupakan salah satu jenis daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Tersedia di pasar-pasar tradisonal maupun super market. Secara umum kita mengenal dua jenis daging ayam yaitu ayam potong (Broiler) dan ayam kampung. Tentunya masing-masing jenis daging ayam memiliki kelebihan dan kekurangannya. Ayam kampung sebenarnya lebih disukai oleh masyarakat kita karena lemaknya kurang sehingga di NTB khususnya untuk masakan tertentu seperti ayam bakar (taliwang) cenderung menggunakannya demikian pula masakan daerah lainnya. Tetapi harganya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam potong. Ayam potong (Broiler) juga memiliki beberapa keunggulan seperti : daging relatif lebih besar, harga cukup terjangkau, dapat dikonsumsi segala lapisan masyarakat dan cukup tersedia dipasaran (Triyanti, 2000).

Namun umumnya di pasar-pasar tradisional belum dapat memenuhi permintaan pasar seperti : super market atau pasar swalayan, hotel, rumah makan fast food dan pabrik olahan yang membutuhkan daging ayam dengan mutu yang bagus. Sebab produk daging ayam yang ada di pasar tradisional dan yang dihasilkan oleh rumah-rumah potong ayam memiliki mutu karkas yang sangat beragam (Triyanti, 2000).

Lemak dan fungsinya pada Ransum Ayam

Lemak dan minyak lebih kurang adalah sama, kecuali bahwa lemak adalah padat pada suhu kamar dan minyak adalah cair. Sebagian besar lemak tumbuh-tumbuhan termasuk dalam golongan minyak. Untuk tujuan pakan ternak, maka kedua-duanya disebut lemak (Anonim 2007).

Istilah lemak dan minyak yang bertahun-tahun yang lalu digunakan untuk menunjukkan semua zat yang dapat diekstraksi dengan ether dari bahan pakan atau jaringan, pada saat ini hanya digunakan untuk ester asam lemak murni dan gliserol, yang disebut trigliserida. Istilah lipida digunakan untuk semua zat yang larut dalam ether (Anonim 2007).

Masa Simpan Karkas

Karkas Ayam adalah ayam hidup yang telah dipotong, dibului, dan telah dihilangkan jeroan, kepala, dan kakinya, sehingga tinggallah sepotong daging ayam utuh satu tubuh (Anonim, 2007).

Masa simpan karkas dipengaruhi cara penanganan selama pemotongan dan suhu ruang penyimpanannya. Pemotongan secara tradisional menyebabkan karkas tidak dapat disimpan lebih lama, kemungkinan sanitasi kurang diperhatikan sehingga mudah tercemar bakteri. Sehingga bila disimpan dalam suhu kamar hanya bertahan rata-rata selama 11 jam. Sedangkan apabila pemotongan dilakukan dengan baik bisa bertahan sampai dengan 16 jam. Karkas yang disimpan dengan menggunakan es batu bisa bertahan rata-rata sampai 49 jam (Triyanti, 2000).

Mutu daging

Mutu daging ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: mutu gizinya (kadar air, protein dan lemak), mutu dari segi teknologi dan mutu dari segi konsumen. Mutu daging yang baik dari segi teknologi adalah daging yang dapat diproses (sebagai bahan baku) menjadi produk olahan misalnya bakso, dendeng atau produk lain dengan mutu baik. Sementara itu, mutu yang ditentukan konsumen adalah daging yang disukai secara organoleptik yaitu : penampilan, warna, aroma, keempukan dan rasa (Triyanti, 2000).

Pakan juga dapat mempengaruhi warna daging, bila kandungan jagung dalam pakan tinggi, maka warna daging menjadi putih -kuningan (oranye). Hal seperti ini kurang disukai oleh konsumen pada umumnya. Kandungan gizi daging lebih ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, jenis kelamin, fisiologi, umur, bobot dan pakan yang diberikan (Triyanti, 2000).

Faktor yang mempengaruhi Rasa dan aroma daging ayam

Pada hakihatnya, rasa dan aroma daging ayam sangat erat hubungannya dengan lemak. Dalam jumlah yang tidak berlebihan, lemak pada daging ayam sangat berperan dalam menetukan rasa dan aroma daging ayam. Tetapi penimbunan lemak yang berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap kualitas karkas secara keseluruhan (Murtidjo, 2003).

Beberapa faktor yang sangat menentukan rasa dan aroma daging ayam antara lain:

1. Faktor genetik ayam

Faktor ini merupakan factor keturunan yang menyangkut kadar lemak yang ditimbun didalam rongga perut. Secara genetik, ada ayam yang memiliki lemak berwarna kuning atau putih, dan ada yang berbau anyir ataupun amis. Pada umumnya ayam dapat menghasilkan karkas yang berkualitas adalah ayam yang secara genetik tidak mmenimbun terlalu banyak lemak dalam tubuhnya.

2. Faktor usia ayam

Semakin tua usia ayam, meskipun jaringan ikat daging baik, tetapi penimbunan lsemakin besar. Hal ini akan mempengaruhi rasa dan aroma daging ayam. Sebaliknya, pada ayam yang berusia muda, hamper tidak terjadi usaha penimbunan lemak yang berlebihan. Sehingga rasa dan aroma dagingnya relatif enak.

3. Faktor jenis kelamin

Penimbunan lemak pada ayam jantan relatif lebih kecil dari ayam betina. Sehingga karkas atau daging ayam jantan cenderung lebih enak.

4. Faktor makanan

Komposisi makanan yang dikonsumsi oleh ayam berhubungan erat dengan rasa dan aroma daging ayam. Pemberian makanan dengan tepung ikan , akan menghasilkan daging dan lemak yang memiliki rasa dan aroma ikan laut. Sebaliknya, pemberian makanan dengan bahan baku jagung, akan menghasilkan daging dengan rasa dan aroma yang enak. Selain itu, jaringan ikat daging lebih rapat dan lembut (Murtidjo, 2003).

METODOLOGI PERCOBAAN

Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah karkas ayam.

Alat-alat yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam percoban ini adalah pisau, talenan dan timbangan.

Metode Percobaan

Metode yang dilakukan dalam percobaan komposisi fisik karkas ayam adalah sebagai berikut:

1. Komposisi Fisik Karkas Ayam


Ayam utuh


Ditimbang


Potong

Kaki Sayap Punggung Dada Paha Kepala


Timbang

Masing-masing

bagian

% terhadap karkas keseluruhan = berat kaki + kepala x 00%

berat ayam utuh

Gambar 1. Metode Percobaan Pengamatan Karkas Ayam

2. Bagian-bagian Karkas

Karkas


Pemisahan bagian-bagian karkas

Tulang

Daging

Lemak

Jaringan

Kulit



Timbang

Masing-masing

*

Tulang :

Tulang bagian dada = berat tulang dada x 100%

berat dada

Tulang bagian sayap = berat tulang sayap x 100%

berat sayap

Tulang bagian paha = berat tulang paha x 100%

berat paha

Tulang bagian punggung= berat tulang punggung x 100%

berat punggung

% terhadap karkas = berat tulang total x 100%

berat karkas

Untuk daging, lemak, jaringan dan kulit sama dengan diatas

Gambar 2. Metode Percobaan Bagian-bagian Karkas

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan komposisi daging, bagian karkas ayam, persentase terhadap karkas ayam, dan persentase bagian terhadap karkas ayam dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Komposisi Fisik Karkas Ayam

Sampel

Data

Berat (g)

Daging Ayam

Berat Utuh

460

Berat Karkas

277

Berat Kaki

29

Berat Kepala

43

Berat Sayap

30

Berat Paha

97

Berat Punggung

95

Berat Dada

55

Data

Berat (g)

(Sumber: Kelompok III/Meja 1, 2007)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Bagian Karkas Ayam

Berat (g)

Paha

Sayap

Punggung

Dada

Jumlah

Kulit

10

3

9

7

29

Jaringan

2

1

1

2

6

Daging

55

11

20

33

119

Lemak

-

-

-

-

-

Tulang

30

15

65

13

123

Total Karkas

97

30

95

55

277

(Sumber: Kelompok III/Meja 1, 2007)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Persentase Terhadap Karkas Ayam

Persentase

Paha

Sayap

Punggung

Dada

Kulit

10,3%

10%

9,47%

12,73%

Jaringan

2,06%

3,33%

1,05%

3,64%

Daging

56,7%

36,67%

21,05%

60%

Lemak

0%

0%

0%

0%

Tulang

30,9%

50%

68,42%

23,64%

(Sumber: Kelompok III/Meja 1, 2007)

Tabel 4. Hasil Pengamatan % Bagian Terhadap Karkas Ayam

No

Persentasi

Karkas

1

Kulit

10,47%

2

Jaringan

2,17%

3

Daging

42,96%

4

Lemak

0%

5

Tulang

44,4%

(Sumber: Kelompok III/Meja 1, 2007)

Pembahasan

Karkas yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi bagian-bagian tertentu. Karkas ayam dibedakan menjadi menjadi karkas kosong dan karkas isi. Karkas kosong yaitu karkas yang telah disembelih dan dikurangi darah, bulu, alat-alat tubuh bagian dalam (jeroan), kepala, dan kakinya. Biasanya paru-paru dan ginjal menjadi bagian dari karkas, kecuali ada permintaan khusus. Karkas isi yaitu karkas kosong segar, tetapi diisi dengan hati, jantung, dan ampela yang sudah dibersihkan (Priyatno, 2000).

Karkas ayam diperoleh dari tubuh ayam setelah mengalami serangkaian proses pemotongan ayam. Karkas yang diperdagangkan ada beberapa macam seperti dressed yaitu bagian dalam tubuh ayam tanpa darah dan bulu serta evicerasted yaitu tubuh ayam tanpa darah, bulu, dan seluruh isi rongga perut yang disebut juga karkas kosong (Priyatno, 2000).

Randemen karkas dapat diartikan sebagai bagian atau porsi bobot karkas ayam dibandingkan dengan bobot ayam hidup, yang biasa dinyatakan dengan persen berat. Randemen karkas ayam bervariasi besarnya, tergantung pada jenis, umur, dan jenis kelamin ayam, serta criteria karkas yang digunakan (Priyatno, 2000).

Komponen karkas terdiri atas otot, lemak, tulang, dan kulit.

1. Otot

Komponen karkas yang paling mahal adalah otot. Bagian terbesar otot terdapat pada bagian dada, sehingga besarnya dada dijadikan ukuran untuk membandingkan kualitas daging pada broiler. Fungsi otot yang utama bagi tubuh unggas adalah untuk menggerakkan tubuh, menutupi tulang dan membentuk tubuh.

Otot pada dada ayam berwarna lebih terang sedangkan atot pahanya berwarna lebih gelap, disebabkan ayam lebih banyak berjalan daripada terbang, sehingga menyebabkan pigmen mioglobin terdapat lebih banyak pada otot paha (Priyatno, 2000).

2. Lemak

Lemak memiliki tiga tipe, yaitu:

a. lemak bawah kulit (subcutan)

b. lemak perut bagian bawah (abdominal)

c. lemak dalam otot (intramuscular).

Persentase lemak abdominal pada ayam betina lebih tinggi daripada ayam jantan, dan bobotnya semakin bertambah dengan meningkatnya umur. Kandungan lemak subkutan dipengaruhi oleh umur. Lemak subcutan meningkat dari 13,25% pada umur tiga minggu menjadi 33,87% pada umur sembilan minggu (Priyatno, 2000).

3. Tulang

Sistem pertulangan pada unggas berbeda dengan pertulangan mamalia. Tulang unggas ringan tapi kuat dan kompak, karena mengandung garam kalsium yang sangat padat. Umumnya tulang-tulang panjang membengkok, yang membuat tulang menjadi ringan, dan tulang-tulang tersebut bergabung bersama-sama membentuk susunan yang kokoh yang mana juga merupakan tempat bertautnya daging. Tulang, disamping merupakan kerangka bagi tubuh dan tempat bertautnya daging, juga berfungsi melindungi organ tubuh, dan sum-sum tulang (Priyatno, 2000).

4. Kulit

Kulit unggas berfungsi melindungi permukaan tubuh. Kulit mempunyai kelenjar minyak atau oil gland yang terdapat pada pangkal ekor. Kulit terdiri atas dua lapis, lapisan luar disebut epidermis dan bagian dalam disebut dermis. Paruh dan kuku serta kutit pada kaki serta bulu terdiri atas epidermis. Jengger dan daun telinga dari dermis yang ditutupi dengan epidermis (Priyatno, 2000).

Penggunaan lemak dalam ransum unggas dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1. Menaikkan nilai energi sampai kepada tingkatan yang tidak tercapai bila menggunakan bahan pakan biasa, terutama butir-butiran. Pada ayam broiler indeks konversi ransum terbaik akan tercapai bila susunan ransum mengandung sekurang-kurangnya 2800 sampai 3400 Kkal energi metabolis per kilogram. Tingkat tersebut hanya hanya dapat tercapai dengan penambahan lemak dalam ransum. Pada ayam petelur penambahan lemak akan menghasilkan daya produksi lebih tinggi dan bentuk telur lebih besar (Anonim, 2007).

2. Penggunaan lemak dalam ransum akan melenyapkan berdebunya ransum, membuat rupa ransum menjadi lebih menarik. Mempertinggi palatabilitas dan mengurangi hilangnya zat-zat pakan akibat debu. Di samping itu lemak dalam ransum akan mengurangi ausnya mesin dan menghemat tenaga yang dibutuhkan dalam membuat pellet (Anonim, 2007).

Selain keuntungan-keuntungan praktis dari penambahan lemak dalam ransum, dapat pula ditinjau keuntungan-keuntungan ekonomis penggunaan lemak dalam ransum dari tiga sudut utama, yaitu:

a) nilai kalori dibandingkan terhadap bahan pakan lainnya

b) menghemat ransum karena peningkatan efisien ransom,

c) kemungkinan penggunaan lemak secara efektif dalam bahan pakan berkualitas rendah (Anonim, 2007).

Pada waktu lemak pertama kali digunakan dalam industri pakan ternak, lemak tersebut dinilai pada kandungan energinya saja, yang diterjemahkan dalam kalori. Jadi beberapa keuntungan lainnya pada mulanya tidak terlihat. Jagung yang merupakan komponen bahan pakan dengan kandungan energi tertinggi setelah lemak, telah digunakan sebagai dasar perbandingan (Anonim, 2007).

Broiler selalu ditawarkan dalam bentuk karkas, yakni ayam yang telah disembelih dan dibului, tanpa kaki, leher, kepala dan jeroan. Dia tidak pernah ditawarkan dalam bentuk hidup. Soalnya, jenis ini termasuk ayam yang mudah loyo dan mat (Yusdja, 2007).

Ayam broiler merupakan hasil rekayasa genetika dengan cara menyilangkan sanak saudara. Mula-mula sekelompok ayam dalam satu keluarga dikawinkan. Keturunannya dipilih yang tumbuh cepat. Di antara mereka disilangkan kembali. Keturunannya diseleksi lagi yang cepat tumbuh dan dikawinkan sesamanya. Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh yang disebut broiler tadi. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging atau lebih cuma dalam tempo 30 hari (Yusdja, 2007).

Biasanya ayam broiler dipanen setelah umurnya mencapai 45 hari. Bobot badan ayam seusia itu 1,5 - 2,5 kg. Bandingkan dengan ayam kampung yang pada umur sama bobotnya cuma 200 g. Si cepat tumbuh ini tak pernah dipelihara lebih dari 60 hari. Pasalnya, setelah itu dia sudah tak efisien lagi membentuk daging. Kalau diteruskan, keuntungan peternaknya malah turun. Karena masih muda, dagingnya sangat empuk. Bahkan, tulang-tulangnya pun mudah hancur bila digigit. (Yusdja, 2007).

Ayam broiler memerlukan pakan yang berkualitas tinggi untuk menopang pertumbuhannya. Disamping itu keberadaan pakan tambahan terbukti dapat meningkatkan efisiensi pakan, sehingga dapat menguntungkan para peternak ayam broiler (Akhadiarto, 2007)

Daging ayam warna daging pada umumnya keputih-putihan, serat daging lebih halus, konsistensi kurang padat, diantara daging tidak terdapat lemak, warna lemak putih kekuning-kuningan dengan konsistensi lunak (Burhan, 2007).

Cara Memilih Daging Ayam, Daging ayam (broiler maupun buras) merupakan sumber gizi yang memiliki rasa lezat, mudah diolah dan mudah diperoleh.Ciri-ciri karkas ayam yang baik :

1. Karkas masih utuh dan bersih dari kotoran

2. Warna daging putih dan agak mengkilat

3. Serat otot berwarna putih agak mengkilat

4. Belum mengalami perubahan warna

5. Kedua paha normal dan simetris serta bila ditekan terasa kenyal

6. Dada penuh daging, tulang dada tidak menonjol

7. Punggung kelihatan rata/lurus tidak patah dan tidak berwarna biru

8. Kedua sayap normal dan simetris dan di bawah sayap hampir tidak kelihatan pembuluh darah

9. Bagian dalam karkas berwarna putih dan baunya khas

10. Perlemakan rata di bawah kulit

11. Tidak tercemar oleh zat kimia atau bahan lainnya (Burhan, 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan terhadap daging ayam diketahui bahwa berat karkas ayam utuh yang diamati adalah sebesar 460 gram berat karkas sebesar 277 gram, berat kaki 29 gram, berat kepala sebesar 43 gram, sayap 30 gram, punggung sebesar 95 gram, paha sebesar 97 gram, dada sebesar 55 gram.

Saran

Saran untuk percobaan ini adalah dalam memotong atau memilah bagian karkas sebaiknya hati-hati pada saat memotong antara bagian dada dan punggung, karena jika bagian dalam hati (empedunya) pecah maka akan mempengaruhi pada berat karkas ayam dan akan menyebabkan ayam tersebut mengeluarkan bau busuk yang sangat tajam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Cara Memilih Ayam, www.dunia-ibu.org,akses: 11/12/2007.

Anonim, 2007, Lemak dan fungsinya pada Ransum Ayam,

www.wordpress.com, akses 11/12/2007.

Akhadiarto, Sindu, 2007, Pengaruh Pemberian Probiotik Kombucha Terhadap Persentase Karkas, bobot Lemak Abdomen dan Organ Dalam Pada Ayam Broiler, www.pustaka-iptek.org, akses 11/12/2007.

Avianthy, 1998, Laporan KP di Rumah Potong Ayam, Penerbit Universitas Pasundan, bandung.

Burhan, Andreas, 2007, Memilih Daging ayam, http://www.disnak.jabar.go.id/teknologi/pilihdaging.html, akses 11/12/2007.

Murtidjo, Bambang Agus, 2003, Pemotongan dan Penanganan Daging Ayam, Penerbit kanisius, Yogyakarta.

Priyatno, 2000, Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Triyanti, 2000, Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Pusat Penelitian Peternakan Bogor.

Yusdja, Dr. Ir. Yusmichad, 2007, Mencermati Ragam Ayam Potong, www.karkasayam.htm,akses 11/12/2007.